Minggu, 11 September 2016

SERIAL 7 HABITS (7 Kebiasaan, Kebiasaan 2: Mulai dari Tujuan Akhir )

Setelah kebiasaan 1 yaitu Pro Aktif. Berikut akan saya sampaikan kebiasaan 2 yaitu kita mulai dari tujuan akhir. Tujuan akhir disini adalah cita-cita. Artinya agar hidup kita lebih baik kita harus menetapkan tujuan terlebih dahulu. Ini agar kita punya fokus yang jelas.

Sehingga, ketika kita sudah memiliki fokus tanpa disadari segenap potensi yang kita miliki akan tercurah pada tujuan tersebut. Tubuh kita, tenaga kita, pikiran kita dan hati kita akan bergerak dengan langkah pasti dan meyakinkan untuk meraih tujuan tersebut.

Kekuatan impian

Sesungguhnya nilai dari suatu perbuatan tergantung dari niat yang dimiliki. Niat disini bukanlah sekadar maksud untuk apa kita melakukan, itu barulah tahapan atau level niat yang paling rendah. Niat sesungguhnya memiliki makna yang lebih luas lagi. Itulah yang harus kita sadari, bahwa niat bukan sekedar maksud, niat adalah motivasi, niat adalah tujuan, dan niat adalah impian, niat adalah cita-cita, niat adalah hasil akhir yang kita inginkan.

Untuk itu bila dalam melakukan suatu pekerjaan tidak cukup dengan memasang niat ala kadarnya lalu kita bilang pada diri sendiri ” ah… yang penting niat kita baik”. Ya, bisa jadi niat kita baik tetapi kalau niat kita pendek dan tidak jelas, sejelas-jelasnya. Maka tanpa kita sadari kita tidak akan optimal dalam mengeluarkan potensi kita, semangat kita menurun sehingga hasil akhirnya bisa ditebak, tidak maksimal.

Kita harus menyadari, bahwa dalam hidup, kita perlu dan bahkan harus memiliki impian. Ini agar kita memiliki hidup yang bermakna, bukan hidup yang hanya sekedarnya saja. Karena impian akan memimpin kita bergerak kearah yang benar, bukan kearah yang salah. Impian dapat menjadi sumber energi yang ruaaarrr biasaa. Karena akan membuat kita mencurahkan semua potensi kita dengan benar.

Namun dalam menetapkan impian, kita harus tahu impian yang bagaimana yang akan membuat kita termotivasi untuk meraihnya dan impian mana yang membuat diri kita akhirnya malas untuk berusaha menggapainya. Karena jika salah dalam membuat impian, walaupun pada awalnya kelihatan baik danhebat, akan menyebabkan kita sulit untuk meraihnya. Orang yang memiliki impian yang sama, namun tidak lengkap dan salah dalam merangkainya bisa menentukan mana yang akan berhasil meraihnya dan mana yang tidak.

Impian akan memimpin kita
bergerak ke arah yang benar,
bukan ke arah yang salah.
Impian dapat menjadi sumber energi
yang luaaarrr biasaa.
Karena akan membuat kita
mencurahkan semua potensi kita dengan benar.

Impian itu harus S.M.A.R.T

Banyak teori-teori yang dikemukakan tentang bagaimana membuat impian yang baik. Namun dari semua rumus yang ada, saya lebih suka menggunakan rumus SMART.
Jika kita membuat impian, buatlah impian yang SMART atau kita tidak akan bersemangat untuk meraihnya. Atau kalaupun kita bersemangat untuk bergerak tetapi gerakan kita bisa jadi kearah yang tidak benar.

Apa itu SMART? tak lain adalah kependekan dari Spesific, Measurable, Achievable (atau bagi sebagian yang lain adalah Anthusiasable), Realistic atau Result oriented dan yang terakhir ialah Timing. Baiklah, untuk lebih jelasnya kita akan bahas ini satu persatu.

Spesifik. Artinya jelas.
Jika Anda membuat impian buatlah impian yang spesifik. Baik itu untuk impian jangka pendek maupun impian jangka panjang Anda. Jangan membuat impian yang tidak jelas walaupun kelihatannya hebat namun masih biasa dan bersifat umum (dalam bahasa Jawa disebut masih grambyang.) Impian kita harus jelas dan spesifik atau kita sulit untuk meraihnya karena secara tidak disadaripikiran bawah sadar kita tidak tertarik untuk meraihnya karena membingungkan.

Tubuh kita sesungguhnya digerakkan  oleh pikiran dan kita memiliki 2  jenis pikiran yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Pikiran sadar sudah jelas bekerja dengan kesadaran atau disaat kita dalam kondisi sadar kita bisa mengaturnya seketika. Sedangkan pikiran bawah sadar bekerja secara terus menerus bahkan disaat kita tidurpun akan tetap bekerja dan sesungguhnya pikiran bawah sadar itu bersifat sangat-sangat sadar dan lebih kuat dari pikiran sadar kita. Pikiran bawah sadar mengontrol gerakan otomatis tubuh kita sebanyak 88% sedangkan pikiran sadar hanya mengontrol gerakan manual dari tubuh kita yang hanya 12%.

Saya akan coba jelaskan hal di atas dengan contoh. Jika kita ingin bangun pagi, sebenarnya  kita bisa bangun jam berapapun tanpa harus menyalakan jam weker. Caranya adalah dengan memberi perintah pada diri sendiri sebelum kita memejamkan mata dan tertidur. Katakan saja dengan tegas dan penuh keyakinan pada diri kita ” Saya ingin bangun jam 3.30 subuh ”. Maka pada pada saat kita tidur pikiran bawah sadar kita akan menjaga instruksi tersebutsehingga pada waktu sekitar jam 3.30 pagi kita akan terbangun karena pikiran bawah sadar kita yang membangunkan kita.

Tetapi kalau kita memberi perintah yang tidak jelas atau tidak spesifik seperti misalnya ” saya ingin bangun besok pagi-pagi sekali”. Pikiran bawah sadar kita akan bingung menerjemahkan makna pagi-pagi sekali seperti yang diinginkan pikiran sadar kita sebelum tidur. Akibatnya ada dua kemungkinan. Kemungkinannya yang pertama kita akan sering bangun tengah malam hingga subuh, jam 1  kita bangun ketika kita sadar bukan ini yang kita inginkan kita  tidur lagi nanti jam 2  kita bangun lagi lalu tidur lagi lalu bangun  lagi jam setengah 3, dan  akhirnya kita malah bangun dengan kondisi capek karena tidur kita tidak nyenyak. Kemungkinan yang kedua, pikiran bawah sadar kita bisa menganggap perintah kita tidak jelas dan mengabaikan instruksi sehingga kita malah bangunnya kesiangan. Begitulah pikiran bawah sadar kita bekerja.

Jadi dalam membuat impianpun kita harus spesifik. Saya tidak setuju bila ada orang yang bila ditanya ”Anda cita-citanya ingin jadi apa?” dia menjawab ”ingin jadi orang sukses” ini cita cita yang akan sulit di intepretesikan sehingga membuat kita sulit meraihnya dan akhirnya menjadi tidak semangat dalam mewujudkannya walau pun dengan tambahan ”sukses dunia akhirat”. Kita harus spesifikkan lagi  misalnya menjadi pengusaha, bahkan itupun kurang spesifik bisa dikhususkan lagi dengan menjadi pengusaha toko komputer, menjadi penulis buku motivasi, menjadi kepala rumah sakit dan lain-lain. Ini agar kita dapat menyusun strategi pencapaiannya dengan jelas dan agar pikiran bawah sadar kita membantu menggerakkan potensi yang kita miliki dengan optimal.

Measurable. Artinya terukur.
Ukuran ini penting sebagai parameter kesuksesan kita. Bagaimana kita akan tahu bahwa kita sudah sukses atau belum bila kita tidak punya ukuran kesuksesan kita sendiri. Setiap orang ukuran kesuksesannya pastilah berbeda-beda tetapi harus ada dan harus jelas.

Contoh :
cita cita yang terukur adalah proposal proyek yang kita kerjakan harus selai jam 13.00 siang. Memiliki usaha dengan 10 orang karyawan dan omset minimal 2 juta rupiah perhari. Dan lain-lain.

Dengan memiliki ukuran maka patokan kesuksesan kita akan jelas. Jika kita belum mendapatkan hasil seperti standar yang telah kita buat sendiri maka kita akan terpacu untuk bekerja lebih giat lagi. Selagi hasilnya tidak seperti yang kita harapkan maka kita tidak akan berhenti bekerja.

Bila kita tidak menetukan ukuran, maka tubuh dan pikiran kita bisa menjadi bingung. Bisa jadi kita akan terus bekerja tetapi kita tidak pernah merasa sukses. Lama kelamaan kita menjadi malas dan putus asa karena kita merasa ”kok nggak sukses-sukses ya?”. Atau kita malah menjadi lebih cepat berhenti karena sudah merasa sukses artinya cepat merasa puas. Baru mendapatkan hasil sedikit saja kita sudah merasa berhasil padahal mungkin belum seberapa potensi yang kita keluarkan.

Bagaimana bila target kita sudah tercapai? Buatlah target baru yang lebih menantang lagi agar kita lebih antusias untuk tetap bekerja dan berkarya. Selalu demikian, maka sukses demi sukses akan kita raih.

Anthusiasable untuk mengganti kata Achievable. Hal ini juga baik menurut saya karena cita-cita haruslah membuat kita antusias dalam mencapainya. Dengan antusias berarti semangat kita akan semangat dan kerja kita akan optimal. Saya suka memakai kedua-duanya. Achievable dan Anthusiasable. Dan memang, banyak penemuan-penemuan yang ada saat ini dulunya kebanyakan orang berfikir tidak achievable, sulit untuk dijangkau, tetapi kenyataannya bisa dan ada yang membuktikannya.

 Realistic. Artinya masuk akal. Jangan membuat impian yang tidak masuk akal. Artinya tidak mungkin bisa di capai. Seperti ingin mengawin silangkan ayam dengan kambing. Jelas tidak akan mungkin bisa karena melanggar hukum alam. Memang televisi, telpon genggam dulunya adalah hal yang  tidak realistis bagi kebanyakan orang. Tapi sesungguhnya adalah hal yang realistis bagi orang yang mengetahui dasar-dasarnya, sehingga mereka memiliki semacam intuisi bahwa ini pasti bisa di wujudkan. Jika kita memiliki dasar semacam itu sehingga seperti melihat jalannya yang pasti. Bolehlah kita membuat impian yang tidak realistis bagi kebanyakan orang tetapi realistis bagi kita. Karena mungkin kita berbakat menjadi seorang penemu. Tetapi ingat! Jangan mengada-ada atau kita akan melakukan hal yang sia-sia. Kita harus juga Result Oriented. Berfikirlah tentang hasil yang akan dicapai.

Timing. Maksudnya disini adalah tentukan waktunya.
Kapan impian kita harus tercapai? Tahun berapa? Saat kita umur berapa? Dengan menentukan timing berarti kita membuat deadline, batasan untuk mencapainya. Harapannya dengan membuat deadline kita akan menjadi lebih mudah dalam mengatur strategi.
Contoh:
lingkungan RW kita ingin menjadi yang terbaik di kabupaten pada tahun 2018, maka dari situ kita bisa membuat strategi turunan pada tahun 2016 menjadi yang terbaik di  dulu di tingkat Kelurahan. Dan kemudian tahun 2017 menjadi yang terbaik di tingkat Kecamatan.

Keuntungan lainnya bila kita menentukan timing adalah kita menjadi sadar akan waktu dan selalu berlomba-lomba dengan waktu. Semakin dekat waktunya kita semakin akan terpepet dan menjadi kepepet. Harapannya menjadi semakin terpacu. Bila sudah kepepet kita bisa mengeluarkan segenap kemampuan kita.

S = Spesifik
M = Measurable
A = Achievable/Anthusiasable
R = Realictic
T = Timing

Sumber : Disadur dari 7 Habits from Steven Covey

Tidak ada komentar:

Posting Komentar