Senin, 22 Agustus 2016

RANGKAIAN ACARA SEDEKAH BUMI DESA GARUNGLOR(Selamatan, Gema Shalawat dan HUT RI ke-71)

Sedekah Bumi adalah semacam upacara atau jenis kegiatan yang intinya untuk mengingat kepada Sang Pencipta, Allah SWT, yang telah memberikan rahmatNYA kepada manusia di muka bumi ini, khususnya kepada kelompok petani yang hidupnya bertopang pada hasil bumi. Di perdesaan, atau pinggiran kota, yang masyarakatnya hidup dari bertani (palawija, bukan padi) biasanya melakukan kegiatan sedekah bumi. Mereka percaya bahwa dengan bersyukur maka Allah SWT akan menambah kenikmatan-kenikmatan lagi, Allah akan menyuburkan tanah mereka, Allah akan menambah hasil panen mereka, dan Allah akan menghilangkan "paceklik" pada hasil bumi mereka.

Berdasarkan Wikipedia

Sedekah bumi adalah suatu upacara adat yang melambangkan rasa syukur manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rezeki melalui bumiberupa segala bentuk hasil bumi. Upacara ini sebenarnya sangat populer di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.

Maka dari itu, masyarakat dengan sadar dan penuh semangat melakukan kegiatan ritual ini, meskipun dengan cara yang sederhana. Biasanya mereka melakukan dengan cara "pamer" hasil bumi, yaitu karnaval keliling desa dengan mengarak hasil bumi, ada ketela pohong, mangga, durian, jagung, ketimun, petai, dsb, tergantung dari hasil bumi non padi yang mereka peroleh dari bumi yang mereka tanami.

Tetapi, seiring dengan perkembangan jaman, lokasi di pinggiran kota Kudus dan sekitar Desa Garunglor, kebanyakan sudah berubah menjadi daerah sub-urban, banyak ladang yang berubah jadi permukiman, maka yang diarak pun sudah bukan hasil bumi tetapi berupa "nasi tumpeng".

Setelah mengarak keliling desa, mereka kemudian makan bersama, dan dilanjutkan dengan berbagai pagelaran kebudayaan. Gelar budaya tsb' biasanya mengandung banyak petuah, banyak nasehat untuk menjadi manusia yang utama. Kita diingatkan untuk jangan berbuat jahat, jangan serakah, orang yang berbuat baik pasti akhirnya akan berjaya. Itulah kegiatan sedekah bumi yang masih berlangsung di beberapa daerah, yang salah satunya di desa kita yaitu Garunglor.

Sedekah Bumi kadang disebut juga sebagai acara APITAN. Sebab acara sedekah bumi biasanya dilaksanakan pada bulan APIT, yaitu bulan diantara dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha, apit artinya terjepit, terjepit diantara dua hari raya). Sebagaimana halal bihalal yang dilakukan pada bulan Syawal, orang Jawa ada yang menyebutnya sebagai acara Syawalan, demikian pula Sedekah Bumi karena dilaksanakan bulan Hapit, maka disebut APITAN atau HAPITAN.

Perlu kita ketahui bersama, acara tersebut sebenarnya merupakan acara yang sifatnya "nguri-uri budaya tradisi Jawa", akan tetapi seiring dengan perubahan jaman, karena orang kota sudah tidak lagi hidup dari hasil bumi, maka acara tersebut lama kelamaan akan tergerus proses urbanisasi, akan hilang ditelan masa. Harus ada cara dan semangat tinggi untuk segera mengaktualisasikan budaya atau tradisi ini agar tidak hilang begitu saja, Yang tua harus mulai sadar, bahwa anak-anaknya sekarang menjadi pegawai (orang kantoran), yang muda juga harus mengerti bahwa itu tradisi nenek-moyang mereka yang masih di pelihara dan dijaga olah orang-orang tua. Agar kedua belah generasi ini tidak saling menyalahkan dan tidak akan timbul friksi dikemudian hari, perlu kiranya para budayawan berkiprah dan berfikir untuk mengaktualisasikan upacara sedekah bumi dalam konteks wilayah yang sudah menjadi sub-urban atau bahkan sudah urban.

Adapun rangkaian acara Sedekah Bumi atau Apitan dan HUT RI ke-71di Desa Garunglor, antara lain :
1. Tanggal 22 Agustus 2016, diawali dengan selamatan. Yang dihadiri oleh Perangkat Desa, Pengurus BPD, Ketua RT RW se- Garunglor dan tokoh masyarakat.
2. Tanggal 22 Agustus 2016, malamnya diisi dengan Gema Shalawat oleh ARD Kudus, Teater IPPNU Garunglor, Terbang klasik, Jamiyah Yassin Darul Muttaqin, Jamiyah Mushola Darul Fallah, Jamiyah Ma'had Jafariyyah.
3. Tanggal 22 Agustus 2016, untuk memperingati HUT RI diadakan lomba catur
4. Tanggal 23 - 24 Agustus 2016, aneka lomba ( balap karung, makan krupuk, tarik tambang dan lomba bakiak)
5. Tanggal 27 Agustus 2016, jalan santai
6. Tanggal 27 Agustus 2016, sebagai puncaknya di adakan Gelar Budaya berupa kethoprak

Rangkaian kegiatan tsb merupakan bentuk rasa syukur masyarakat Desa Garunglor. Selain itu juga mendoakan orang yang dituakan di desa ini, seperti mendoakan Mbah Jolondoro, Nyi Ning Kumisih dan kepala desa serta perangkat yang telah meninggal dunia. Untuk acara tsb dilakukan saat acara selametan yang diisi tausiyah. Selain dipimpin oleh Ibu Kepala Desa Siti Rofiah, A.Md. Dan tausiyah sendiri sebagai pembicara adalah H. Sholichan S.Pd.
Semua rangkaian acara diselenggarakan di Gedung Serba Guna Griya Praja Balai Desa Garunglor.

Sumber : Wikipedia dan narasumber Pemerintah Desa Garunglor
Foto : Drs. Arief Yuwono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar