Tanggal 12 Rabiulawal 1437 H yang bertepatan dengan 24 Desember 2015, seluruh umat Islam merayakan maulid atau kelahiran Nabi Muhammad saw. Yang tidak lain merupakan warisan peradaban Islam yang turun temurun.
Dari sisi sejarah, maulid dimulai sejak zaman khalifiyah Fatimiyah dibawah keturunan Fatimah Az-Zahra, putri Nabi Muhammad. Perayaan ini merupakan usulan Shalahuddin Al-Ayubi.
Tujuannya adalah untuk mengembalikan semangat juang kaum muslimin dalam perjuangan pembebasan Masjid Al Aqsa di Palestina. Dan menghasilkan efek jihad umat Islam pada saat itu. Secara substansial, perayaan ini sebagai bentuk upaya mengenal keteladanan Muhammad sbg pembawa ajaran Islam. Bahwa Nabi Muhammad adalah pemimpin besar yang luar biasa dalam memberikan teladan bagi umatnya. Dan maulid harus diartikulasikan sebagai salah satu upaya transformasi diri atas kesalehan umat. Yakni sebagai semangat baru untuk membangun nilai positif agar tercipta masyarakat yang demokratis, toleransi, transparasi, anti kekerasan, keadilan sosial, cinta lingkungan dan humanis.
Dalam perspektif teoligis-religius, Muhammad saw dilihat dan dipahami sebagai nabi sekaligus rasul yang terakhir dalam tataran agama Islam. Beliau merupakan sosok manusia yang sakral yang membawa dan menyampaikan, serta mengaplikasikan pesan dari Allah swt pada umat manusia secara universal.
Dalam perspektif sosial-politik Muhammad saw identik dengan pemimpin yang egaliter, adil, toleran, humanis, tidak diskriminatif dan hegemonik yang mampu membawa tatanan sosial yang sejahtera dan tentram.
Kontekstualisasi peringatan Maulid Nabi Muhammad saw tidak hanya dioahami dari perspektif Islam saja, melainkan juga dipahami dari berbagai pemikiran berbagai soal,yaitu politik, budaya, sosial, ekonomi dan agama.
Sehingga kita perlu tanamkan keteladanan itu bagi keluarga kita, lingkungan sekitar kita, masyarakat lainnya. Dan kita saling menghormati dan menjaga toleransi antar sesama.
Mari kita raih kemuliaan dengan mencontih teladan kehidupan Rasulullah Muhammad saw.
#Kesalahan dan kekeliruan ada pada saya semata sebagai manusia, dan kebenaran adalah milik Allah swt#
Perenungan diri : Tunjung Eko Wibowo ; tunjungekowibowo@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar