Suasana lebaran masih terasa bagi warga RT 5 RW IV Perumahan Kudus Permai. Warga RT 5 mengadakan acara Halal bi Halal untuk saling memaafkan. Selain dihadiri warga sekitar juga di hadiri perwakilan pengurus RW IV.
Dalam acara Halal bi Halal tsb diisi tausiyah oleh H.Drs. Rahman Zamzuri.
Sebagai makhluk sosial, kita tidak akan dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan orang lain. Sebagai manusia, kita harus senantiasa menjaga hubungan baik secara vertikal kepada Allah dan secara horisontal, terhadap sesame manusia. Idul Fitri mengandung muatan ibadah baik secara vertikal maupun horisontal. Ibadah sosial pada Idul Fitri tidak hanya terbatas pada solidaritas sosial, juga harus bermurah hati dalam aspek moral dan spiritual dengan bersilaturrahim dan saling maaf memaafkan. Tindakan moral sepiritual inilah yang oleh masyarakat setempat bahkan umumnya bangsa Indonesia dijadikan sebagai ritual pokok dalam berhari raya Idul Fitri.
Setelah dosa secara vertikal pada Allah swt terampuni dengan melakukan ibadah puasa satu bulan penuh di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan ridhà Allah swt. maka dosa horizontal pun harus diupayakan dapat terampuni pula, sehingga kita benar-benar dalam kondisi fitrah bersih dan suci dari dosa-dosa baik secara vertikal maupun horisontal. Dari sinilah maka budaya saling maaf memaafkan menjadi tradisi di dalam merayakan Idul Fitri dikalangan masyarakat kita yang lebih dikenal dengan istilah Halal Bihalal.
Silaturrahim dan halal bihalal adalah untuk saling maaf memaafkan antara anak dan orang tua, antara suainidan istri, antara teman sepermainan, antara tetangga, antara atasan dan bawahan, antara rekanan bisnis, antara petani, antara murid dan guru, juga di antara politisi sehingga terjadilah hubungan yang harmonis dan asosiatif di antara mereka.
Bahwa lebaran merupakan wadah yang mampu mengakomodasikan perbedaan dan sebagai arena solidaritas, dimana anggota-anggota masyarakat yang tadinya terpisah secara sosial akibat perbedaan idiologi dan orientasi dan ego dengan tegas mencair sehingga ia menempatkan lebaran sebagai momen integrasi masyarakat di RT 5 RW IV Perumahan Kudus Permai.
Alangkah indahnya jika hal tersebut dapat terealisasi di lingkungan masyarakat kita sebagaimana yang kita rasakan dewasa ini.
Anggota-anggota masyarakat mampu menempatkan hubungan yang harmonis, bisa mengesampingkan kepentingan pribadi dan golongan, sehingga muncul solidaritas yang seakan-akan tanpa pamrih, kecuali untuk kepentingan agama, nusa dan bangsa. Betapa hinanya orang yang tidak mau bergaul secara baik dengan sesamanya, ia akan dicap sebagai orang angkuh, sombong dan egois.
Dalam konteks sosial kemasyarakatan pun lebaran meiniliki makna yang krusial dan signifikan, Idul Fitri merupakan momen integritas dan solidaritas masyarakat.
Sungguh membahagiakan dan kebahagiaan itu diungkapkan dengan memperbanyak takbir, tauhid dan tahmid mengagungkan kebesaran Asma Allah swt.
Dengan didasari relegiusitas yang tinggi di hati lebaran untuk sementara gerak otomistik dan individualistik yang di sebabkan oleh dorongan ekonomi dapat diturunkan dan didinginkan. Kemudian setelah lebaran usai mampu bangkit memulai aktivitas kembali dengan tetap disertai semangat relegimitas yang tinggi, sebagaimanifestasi tumbuh suburnya nilai-nilaidi tanam di bulan Ramadhan.
Kita berharap dengan Idul Fitri akan tercipta masyarakat yang fitri pula, yaitu suatu masyarakat yang aman, damai dan sentosa dalam keanekaragaman yang kaya , yang cerdas , yang tua dan yang muda, tidak ada yang merasa di anak tirikan. Segenap lapisan masyarakat merasa aman, damai dalam eksistensinya karena sadar akan posisi dan fungsi masing-masing, di mana antara yang satu dengan yang lain saling melengkapi dan saling menyempurnakan.
Demikianlah, hidup ditengah masyarakat yg sarat dengan berbagai kepentinga. Mudah-mudahan dengan beridul fitri, kita benar-benar dalam keadaan fitri, suci lahir dan batin.
Sumber dan courtesy : Acara Halal bi Halal RT 5 RW IV Perumahan Kudus Permai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar