Tradisi Dandangan di Kudus pada mulanya hanya kegiatan tabuh bedug untuk menandai datangnya bulan suci Ramadhan di Menara Kudus. Tabuh bedug di Menara Kudus tersebut juga sebagai pengejawantahan spirit suka cita menyambut bulan Puasa. Hal ini sesuai ajaran Islam, sebagaimana yang disabdakan Nabi Muhammad SAW, bahwa bagi orang-orang yang beriman akan menyambut datangnya Ramadhan dengan suka cita. Spirit realigi tradisi dandangan tersebut, dalam perjalanan sejarah, ternyata semakin populer sehingga tradisi dandangan di Kudus bisa lestari sampai kini dan bahkan mungkin sampai akhir zaman.
Tradisi ini sudah ada sejak 450 tahun yang lalu atau tepatnya zaman Sunan Kudus ( Syeh Ja’far Shodiq salah satu tokoh penyebar agama Islam di Jawa ). Pada saat itu, setiap menjelang bulan puasa, masyarakat di sekitar Kota Kudus datang berbondong-bondong datang ke Masjid Menara untuk mendengarkan dan melihat ditabuhnya bedug sebagai pertanda datangnya pengumuman hari pertama puasa. Ratusan santri Sunan Kudus berkumpul di Masjid Menara menunggu pengumuman dari Sang Guru tentang awal puasa. Masyarakat atau para santri tidak hanya berasal dari Kota Kudus, tetapi juga dari daerah sekitarnya seperti Kendal, Semarang, Demak, Pati, Jepara, Rembang, bahkan sampai Tuban, Jawa Timur.
Karena banyaknya orang berkumpul, tradisi Dandangan kemudian tidak hanya sekedar mendengarkan informasi resmi dari Masjid Menara, tetapi juga dimanfaatkan para pedagang untuk berjualan di lokasi itu. Para pedagang itu tidak hanya berasal dari Kudus, tetapi juga dari berbagai daerah disekitar Kudus, bahkan dari Jawa Barat dan Jawa Timur. Mereka biasanya berjualan mulai dua minggu sebelum puasa hingga malam hari menjelang puasa.
Tradisi dandangan diadakan setiap tahun menjelang bulan Ramadan. Menyambut bulan Ramadan, masyarakat kota Kudus pasti tidak akan melewatkan moment Dandangan, dandangan merupakan salah satu tradisi yang digelar untuk menyambut datangnya bulan Puasa. Untuk memanfaatkan moment tersebut masyarakat menggelar dagangannya disekitar Masjid Menara dan di sepanjang jalan dari Simpang Tujuh hingga Pasar Jember. Dari makanan, pakaian, perabot rumah tangga hingga mainan anak-anak tersedia di sana. Tak ketinggalan biasanya dalam acara Dandangan juga menampilkan hiburan-hiburan tradisional yang mampu dijadikan wahana wisata bagi masyarakat.
Acara yang berlangsung kurang lebih dua minggu tersebut berlangsung sangat meriah dari siang sampai malam hari. Di dalam tradisi Dandangan yang mengandung unsur realigi dan budaya cukup dapat mewakili spirit Kota Kudus yang Modern dan Religius.
Dandangan diadakan dengan cara menggelar dagangan di lapak-lapak kaki lima selama dua minggu menjelang Ramadan, bahkan kadang-kadang hingga satu minggu Ramadhan. Mungkin semacam pasar malam, karena pada kenyataannya walaupun dandangan dibuka pagi hari, namun pengunjung paling ramai pada malam hari. Apalagi pada malam-malam libur seperti hari jumat malam hingga minggu malam. Ada banyak yang dijual di dandangan ini, mulai dari barnga pecah belah, makanan dan minuman, hingga furniture alias mebel dengan kualitas standar. Omset per tahunnya tidak begitu jelas, tapi yang jelas setiap tahun selalu banyak lapak yang berjualan dan semakin banyak pula yang berkunjung, baik membeli atau hanya melihat-lihat saja.
Bagaimanapun juga Dandangan saat ini, pelaksanaan Dandangan layak diacungi jempol. Karena dengan adanya tradisi ini, keimanan dan perekonomian masyarakat Kudus bisa terjaga. Bagaimanapun tidak, dengan adanya Dandangan ini, orang akan semakin menyadari atau setidaknya ingat bahwa Ramadhan sudah di depan mata, sehingga dapat menyiapkan diri menyambutnya serta dengan Dandanga ini masyarakat khususnya pedagang dapat memperoleh penghasilan atau keuntungan bagi diri dan keluarganya.
Selamat Menjalankan Ibadah Puasa
* diambil dari berbagai sumber